Resensi Buku: Kundera Sang Virtuoso
Novel Filsafat Klasik "The Unbearable Lightness of Being" Karya Milan Kundera ini pernah dilarang oleh rezim komunis Cekoslovakia.
(Foto: Google Images)
Oleh Farida Indriastuti
Milan Kundera lahir di Cekoslovakia pada 1 april 1929. Kundera masih produktif menulis di usia 91 tahun. Novelis Cekoslovakia ini menjadi eksil di Perancis sejak 1975 dan menjadi warga negara Perancis hingga kini. Buku-buku karya Kundera dilarang oleh rezim komunis di Cekoslovakia, hingga kejatuhan rezim komunis pada Revolusi Beludru 1989.
The Unbearable Lightness of Being adalah novel Kundera yang sarat dengan kerumitan dan kritik terhadap jalinan kemanusiaan. Novel ini dibuka apik dengan pendekatan filosofis, dibumbui kisah cinta yang mengharu biru, disertai dialog imajiner dengan Frederich Nietzsche. Sungguh menggoda. Boleh jadi inilah manifesto terpenting yang ditawarkan Kundera. Ia menuliskan bab pembuka, “Ide tentang pengulangan abadi adalah gagasan yang sangat misterius, dan dengan gagasan tersebut Nietzche telah mengharu biru para filsuf…”
Kundera mereduksi optimisme Nietzche dalam menyuguhkan detail dan kepedihan, sejak awal hingga akhir cerita. Seperti cinta Tomas dan Tereza yang digambarkan Kundera. Sebuah pertemuan yang singkat (sekejap) tapi membekas. Thomas, lelaki penuh gairah (playboy), merasakan bahwa kehadiran Tereza, gadis lugu itu, adalah takdirnya, seperti putri Pharaoh di tepi sungai Nil yang kedatangan bayi mungil Musa.
Thomas adalah tokoh protagonis yang digambarkan Kundera sebagai dokter ahli bedah, intelektual, sekaligus lelaki yang tak memiliki kesetiaan. Meski ia mempraktikkan filosofi cahaya. Hidupnya tak karuan. Seks dan cinta bagi Thomas adalah dua hal yang tak bertalian dan tak sungguh-sungguh ada. Katanya, “Tak masalah tidur dengan banyak perempuan dan mencintai seorang wanita Tereza.
Di setiap kesempatan, Thomas selalu mendendangkan mars Es Muss Sein milik komponis Jerman Beethoven disaat-saat menegangkan dan di kala ia menyeberangi perbatasan Cekoslovakia yang bergolak diiringi tank-tank berlapis baja Rusia.
Sungguh imajinasi liar yang melibatkan emosi, yang dibayangkan Kundera tidak hanya jalinan asmara dengan banyak perempuan, cinta segitiga, pengkhianatan, dan amoral, namun juga ketulusan hati di tengah kekacauan politik di langit Praha.
Tereza adalah istri muda Thomas. Ia seorang intelektual, fotografer jurnalistik yang piawai menyelidiki masalah dalam konteks politik selama prahara di Praha. Perempuan ini dibayangkan cerdas, sekaligus perasa, yang memiliki kontrol atas tubuh dan pikirannya. Ia pengagum Leo Tolstoy, hingga anjingnya Karenin, sebuah nama dari penggalan novel Anna Karenina.
Tokoh lainnya dalam kisah ini adalah Franz. Dialah kekasih Sabina, profesor berkebangsaan Austria yang idealis. Franz jatuh cinta pada Sabina yang mengidamkan kebebasan dan romantisme di balik tragedi Praha. Pusaran waktu membawa Franz keperjalanan panjang.
Sebuah gerakan moral (protes) di Kamboja yang berujung pada maut. Ironisnya, kematian Franz menyadarkan istrinya, Marie Claude, bahwa masih tersimpan ketulusan cinta untuk Franz. Tertulis dipusara Franz, “A return after long wandering.”
Kundera tidak hanya mengagungkan universalitas, tetapi juga mengkritik sistem komunis Cekoslovakia yang menyimpang pada periode 1960 hingga 1970an yang dianggapnya tidak jauh berbeda dengan masalah hari ini. Faktanya novel ini merupakan realitas perjalanan manusia yang sungguh terjadi, seperti inter-human relationships, kecanduan dan seks.
URL : https://www.coursehero.com/lit/The-Unbearable-Lightness-of-Being/
NB. Resensi buku ini juga diproduksi dalam bentuk Podcast Journalists Book Club berjudul “Kundera Sang Virtuoso” , dapat didengarkan melalui; Spotify, Apple, Anchor, Google Podcast, Radio Public dan lainnya.
https://radiopublic.com/journalists-book-club-WlAn2w/s1!e267c